(Kakek yang tadi kutemui di Pasar Kemiri. Lengan kanannya cacat)
Selalu saja menemukan hal-hal
yang membuat saya tuh..emm...apa ya? Ya pokoknya
selalu harus bersyukur, harus eling sama yang diatas. Ya something like that lah. Tadi,pulang
jemput Danu aku ke pasar Kemiri untuk mencari stroberi.Ternyata
kosong,datangnya masih nanti sore. Lalu lanjut belanja lengkuas,dkk. Usai
belanja , mataku berkeliling mencari-cari apalagi yang perlu dibeli mumpung
masih di pasar. Dan tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah lengan baju koko hitam
(atau biru dongker) yang tampak tak ada tangannya karena lengan tersebut
terjuntai tetapi ada pisau terapit di sana. Mataku reflek melihat ke bagian
atas untuk melihat siapa pemakai baju koko tersebut. Masya Allah,ternyata
seorang kakek tua. Rupanya tangan kanan kakek tersebut cacat (atau buntung).
Aku mengamati dagangannya.Oh,dia jual lepet sama ketupat. “Ayo mas kita ke
bapak tua itu, kita beli dagangannya. Dia cacat,”kataku sambil menggandeng
Haifa. Danu yang sudah terbiasa dengan hal seperti itu (bertemu pedagang tua
lalu aku ajak belanja di tempatnya)mengikuti. Sekarang, sudah jadi kebiasaan
buat Danu,kalau ada pemulung atau pedagang tua selalu memintaku untuk membeli
daganganya atau memberinya sesuatu.
Aku membeli segabung lepet. Kakek
berpeci hitam itu bilang harganya 7000. Aku lihat dagangannya masih ada
beberapa. Biasanya ,ketupat dan lepet habis pagi-pagi tapi kurang tahu kalau di
pasar kemiri mengingat itu pasar besar di mana ayam samapi malam itu masih ada.
Kakek tua itu mengingatkanku pada
Kakek tua penjual kacang sangrai di Kemayoran. Kakek itu kutemui ketika pulang
jemput Danu les. Kalau keluar rumah,kami selalu mampir ke lapaknya di pinggir
jembatan Sukamulya. Juga mengingatkanku kakek tua oenjual bayam dan buah-buahan
di Pasar Depok Lama yang selalu kutemui bila ke sana. Atau kakek penjual
tape,penjual ulegan,dan penjual lain-lainnya. Ibuku juga sudah sepuh dan ngeyel
tetep jualan padahal sudah kuminta berhenti,biar aku saja yang menanggung
hidupnya. Tapi diam-diam balik ke Jakarta lagi dan berjualan lagi.
(Ini kakek penjual kacang yang di Kemayoran)
Aku senang bertemu dengan
mereka-mereka itu.Atau anak ABG yang memikul bertumpuk tumpuk ulegan dan
lumpang dari batu. Mereka –mereka itu selalu mengingatku tentang banyak hal.
Syukur, kerja keras, qona’ah. Dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar