Senin, 11 Maret 2013

Outing Ke Pulau Tidung

                    

Bismillahirrahmaanirrahiim
Hiiii,kali ini akan menulis tentang perjalanan ke Pula Tidung yang merupakan salah satu pulai di Kepulauan Seribu. Bukan salah satu pulau ding tetapi salah dua hehe. Ya,karena ada 2 pulau Tidung yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Nha tempat mendarat kita dari kapal itu Pulau Tidung Besar. Mulai saja yuk dari awal sampai akhir. Oiya, kami enggak pake travel agent ya. Kami mandiri. Lebih enak lah menurutku. Dan kami menyeberang lewat Muara Angke. Selain Muara Angke,kita juga bisa menyeberang lewat Pantai Marina ,Ancol dengan kapal yang lebih bagus tetapi aku kurang tahu berapa tarif per-orangnya.



Kami dari Depok berangkat setelah subuh jreng. Rencananya,sih pukul 04.00 berangkat tetapi ayah pulang kerja beberapa menit sebelum subuh. Padahal sebelumnya sudah diwanti-wanti cepet pulang. Katanya pekerjaannya belum selesai. Padahal mah kerjaan dia mana bisa selesai? :P Arus lalu lintas di jalan tol lancar jaya karena hari Sabtu. Kami lewat tol Cijago menuju tol Wiyoto Wiyono sampai akhirnya turun di Tol...(lupa hihihi) trus mencari arah ke muara angke. Napak tilas waktu kita ke Muara Angke minggu lalu tetapi rada bingung dan akhirnya malah naik tol lagi,turun lagi dan alhamdulillah sampai juga,deh di dekat Muara Angke. Beberapa ratus meter menjelang Muara Angke macet karena banyaknya kendaraan yang hendak ke Muara Angke (weekend gitu,lho ). Akhirnya sampai juga di tempat parkir.  Di tempat parkir, petugas parkir akan menanyai kita, ke Pulau? (artinya nginep) kalau ke pulau dan nginep maka tukang parkir akan mengarahkan di mana seharusnya kita parkir . Jangan lupa meminta tanda parkir penitipan kendaraan nginep. Saya sudah minta tetapi katanya tidak ada. Duh was was saya, masa iya gak ada tanda parkir. Tapi karena kupikir semua gak dapat tanda parkir jadi nyantai saja. Kalaupun ada pencuri pasti enggak milih mobil kita,banyak yang jauuuh lebih bagus :P Nha ketika pulang,kami diminta untuk menyerahkan tanda parkir. Saya bilang apa adanya bahwa kami enggak dapat tanda parkir. Tukang parkirnya curiga ,jangan-jangan ini bukan mobil kita. Beugh, masa mau nyuri mobil aja sekeluarga :P oiya ,saya gak tau bayar parkir resmi berapa tetapi saat itu saya dimintai uang 50rb untuk parkir nginep.
(Salah satu sisi Muara Angke yang kumuh dan ruwet plus bau tapi di sanalah makanan kita yang berupa hewan laut diturunkan dari kapal nelayan dan mulai didistribusikan)

Setelah parkir kita menuju ke semacam terminal kapal gitu lalu membeli tiket naik kapal di depan pintu masuk yang berjubel dan becek banget. Harga tiketnya 35rb untuk dewasa . Ternyata Danu harusnya gratis tetapi saat berangkat aku bayar juga. Hal ini aku ketahui ketika membeli tiket untuk menyeberang pulang. Kalau Haifa free. Setelah tiket didapat,kita harus mengikuti seseorang menuju sebuah kapal. Biyuh,jalannya cepet banget mana bawaan berat pula. Ngos-ngosan jadinya. Sampai di dalam kapal sudah penuh orang karena kita kesiangan. Alhamdulillah dapat tempat dekat jendela jadi enggak begitu sumpek.  Karena ini kapal besar maka goyangan akibat air laut tidak begitu terasa tetapi tetap saja ada yang mabuk. Kalau memang mabukan mendingan minum antimo. Ketika berangkat, kami minum antimo,untuk jaga-jaga ,kali aja mabok apalagi kakak yng tukang mabok kalo naik kendaraan. Kalau aku, Haifa, dan Danu,sih enggak mabukan tapi daripada nanti kliyengan ikut minum juga . Gyaa antimo bikin ngantuk, ...zzZZzz.... Ketika menyeberang pulang,  enggak minum antimo dan baik-baik saja. Kakak aja yang mual soalnya disuruh minum gak mau.

Penuh sesak di dalam kapal

Dua wanita itu menambah sesak karena merokok

Nha ini bebas sesak tetapi hati-hati jath dan badan jadi gosong hehe

Setelah di tengah laut selama 3 jam sampai juga kami di Pulau Tidung. O iya selama di perjalanan laut kita melihat perahu kecil yang hanya berisi 1-2 orang (langsung ,deh horor,gimana kalau kebalik bla bla), melihat pulai-pulau (gak salah ,deh Indonesia dinamain negara kepulauan), melihat tempat penngeboran minyak bumi oleh pertamina (entah apalah pokokny ada tanda pertamina :P ),lalu melihat kapal cargo yang banyak dan gede-gedee banget. Cargo tersebut ditarik oleh kapal yang besar juga dan tampak rumit. Trus..kalau liat ke jendela luar terbayang kalau  jatuh dan tenggelam *naudzubillah min dzalik*, horor ih. Mendingan enggak usah melihat ke luar kalau memang suka berpikir horor begini hehe. Setelah mendarat,kita bisa menuju ke kawasan pemukiman penduduk untuk mencari tempat nginep atau homestay. Tetapi kalau bisa,mendingan sebelum ke Tidung booking dulu, takutnya kehabisan. Kalau capek jalan ke kawasan pemukiman ada bentor (becak motor). Satu bentor bisa untuk 3 orang, 2 di depan dan satu di belakang (seperti mbonceng motor).*Lupa motret bentor hehe*  Saat itu kami sekalian nanya, di mana tempat nginep? Aku bilang, kami baru mau mencari. Tukang bentor mengantarkan ke homestay yang dia kenal. Lokasinya agak di belakang. Awalnya kami kurang sreg soalnya jauh . Tetapi gpp,deh. Budget kami 400rb untuk membayar penginapan tetapi ternyata cuman 200rb dan boleh ditawar tetapi aku enggak nawar. Sudah senang cuman dapat harga segitu hehe.  Pemiliknya ramah. Selain punya di kawasan pemukiman ,beliu juga mempunyai homestay di kawan pantai dan harganya sama! Nama beliau Bapak Sahrudin.
Kata Ayah, ini namanya Cargo, untuk menempatkan barang-barang yang diekspor. Cargo ini diatrik dengan kapal

Banyak pulau ditemui selama perjalanan menyeberang

Kami menginap di sini, 200rb saja satu rumah. Ada ac, kipas angin, Tv, kulkas, aqua segalon, dan air panas setermos. Kalau mau ketring, Pak Sahrudin juga bisa memesankan. 40ribu/orang untuk 3 kali makan.

Usai dhuhur kami hendak menuju pantai. Karena enggak tau kalau jarak ke pantai sekitar 1,5km maka kami memilih jalan kaki. Beugh kehausan, siang bolong yang teriik banget. Akhirnya beli minum sambil menggali informasi. Ternyata, mendingan sewa sepeda. Karena sudah jauh dari home stay temat kami tinggal, akhirnya nyewa di tempat terdekat (di homestay juga disediain,bayar juga sih). Sewa sepeda itu 15.000/sepeda dan bisa disewa sampai kita pulang. Kalau motor, 70.000/motor sampai kita pulang juga. OO iya,aku mengamati, penduduk di sana sejahtera. Bangunan rumahnya permanen. Mungkin karena masing-masing rumah punya usaha yaitu homestay, toko, warung makan, jualan oleh-oleh,dll.

                                     Sewa sepeda hanya 15.000 sampai kita pulang atau selama kita di sana
Supaya kaki Haifa tidak masuk ke jari-jari maka kami ikat dengan tali tas kamera hihihi

Sampai pantai, puanaas poll. Tapi nekad aja menyusuri jembatan cinta menuju Pulau Tidung kecil. Sebelnya, aku enggak menyetting kameraku di bagian exposure maka semua foto yang kuambil di siang itu over exposure,hwaaa....! Air lautnya jerniiih banget,beda sekali dengan air laut di Muara Angke yang menghitam dan berminyak. Saking jernihnya, ikan-ikan kecil sampai terlihat. Wuih, pengen nangkep aja jadinya.  Katanya kalau sepasang kekasih (mungkin suami istri) bergandengan di jembatan cinta  maka cinta mereka akan abadi. Percaya? Saya,sih enggak percaya sama sekali hehe maka saya gak gandengan. Gandengan ma Haifa aja wkwkwk.  Banyak sekali pasangan yang mungkin memercayai mitos tersebut maka pada gendengan,deh.

Disewakan. Ini ni daya tarik di pantai. Selain itu ada snorkling dan menyelam. Sewa alat snorkling 35rb sampai kita pulang. Kalau menyelam rada mahal

Jembatan cinta menghubungkan Pulau Tidung BEsar dan Pulau Tidung Kecil



Sore harinya, di salah satu ujung jembatan cinta dijadinya orang untuk melompat (apa ya namanya). Antri,lho untuk lompat ke laut aja.  Rame banget yang motret, aku dapat satu aja orang yang melompat. Males uwel-uwelan. Lanjut menyusuri jembatan cinta, Haifa dan Danu sempat mandi di bawah jembatan,maksudnya nyebur ke laut hehe.  Sesampai di Pulau Tidung Kecil, aku menemukan sesuatu yang membuatku senang. Apa,yaa? Ketemu mlanding, ceplukan,beranjangan, dan tumbuhan lainnya yang dahulu ada di gunung dekat rumah orang tuaku di kampung. Ini ,lho tumbuhan-tumbuhan yang menurutku sudah sangat langka tapi bisa aku temui di abad 21 ini hehe. Maaf ya untuk orang kota,mungkin tumbuhan di bawah ini tidak pernah kalian lihat hehe. Enaknya jadi wong ndeso,kan gini,banyak tumbuhan yang pernah dilihat.
Pohon Bakau

Jalan setapak di Pulau Tidung Kecil. Kanan kirinya banyak tanaman yang sudah jarang ditemui

Ini beranjangan atau dranjangan. Tanaman sudah jarang ditemui. Rasanya manis kalau sudah matang. Kalau matang, warna kulitnya kekuningan


Beranjangan masih kuncup

Bunga Mlanding atau petai cina tapi yang kecil ,bukan jenis lamtoro 


Pohon Pacar untuk mewarnai kuku

Pohon Suweg (kurang jelas,sih)

                                                             (Ceplukan)

                                (Ceplukan di kanan kiri jalan setapak sedang berbuah lebat)



                                         (Ini sudah matang. Haifa sangat suka)


                                               (Pohon Minyak Kayu Putih,kan,ya?)
Rumput yang sudah jarang ditemui

BUnga Waru. Ada di jalan menuju pantai

Sore menjelang, jembatan cinta kian ramai. Akhirnya kami sewa sofa boat. Untuk dewasa dikenai tarif 35.000/orang, untuk Haifa free, untuk Danu 25rb. Haifa senang sekali naik sofa boat. Apalagi pas air laut terciprat ke muka. Haifa dan Danu maunya teruuus di pantai itu.
Sayangnya ,malam hari kita enggak keluar karena ayah ngantuk. Kalau ngajak Haifa dipastikan Haifa ngantuk juga di sepeda. Ya sudahlah,di dalam rumah saja nonton tipi. Saya,sih tidur soalnya netty yang dibawa enggak bisa dibuka,diutak atik Haifa.

                                                      (Loncat dari jembatan)

                                                          (Banana Boat)

                                                              (Sofa Boat)




Airnya Jernih, ikan-ikan terlihat.
                                          (Haifa senang sekali setelah naik sofa boat)


                                           (Danu juga senang bisa mengapung)  


Pagi usai Shubuh kita bersepada menuju pantai. Aih hujan rintik-rintik pun. Tetapi nekad saja hehe.  Pas parkir sepeda, tukang warung mendekati,ngajak mampir ke warungnya. Ya sudah,kita pesan teh anget dan gorengan sambil melihat-lihat kerajinan tangan yang dipajang. Unik-unik,ya. Haifa membeli kacamata, Danu membeli gelang,Kakak membeli bros dan saya membeli gelang. Ayah beli stiker wkwkwk.  Hujan reda kita ke pantai dan cebar cebur plus naik banana boat. Harga sewanya sama dengan sofa boat tetapi  kami nyewa di tempat yang berbeda dan Danu hanya kena charge 20.000. Haifa tetap free. Haifa berani,lho naik banana boat. Karena kami naik 2 kali (enak,sih) dapat diskon 10.000/orang. Untuk yang kedua, kami minta dibalikin 2 kali jadi pas ngebut langsung dibalik itu banana boatnya. Masya Allah,begitu ya rasanya kecebur. Hoek, minum air asin banyak banget. Dan...capek . Tapi asli seru bangeeeet,nget ngeet. Sayangnya mahal dan cuman sebentar hehe. Pas kali kedua naik, ayah dan Haifa gak ikut karena kami minta dibalik itu si banana. Gak tega lah kalo lihat Haifa diceburin ke laut. Ayah mengajak Haifa main tetapi pas kami naik,Haifa melihat dan terjadilah tangis yang memecahkan suasana pantai. Duh gak tega banget aku ninggalin Haifa tapi sudah lepas landas. Haifa nangis terus sampai kami selesai berbanana boat. Setelah itu saya dan Haifa yang tampak bersedih berpelukan. Untuk menghiburnya, kami sewa perahu bebek. Gyaa,,,masih megap-megap sediah dia, teringat betapa pedihnya ditinggalin emaknya hehe.  Nanti ya,Fa kalau sudah besar banana boatnya dibalik-balik :D
Sayangnya kami enggak bersnorkling ria karena ada Haifa. Haifa pasti seneng-seneng aja tapiii...uangnya sudah menipis dan di sana gak ada ATM. Sudah lewat budget juga ding hihihi. Insya Allah next time yaa

                                                             (Mendung)
                              (Pagi buta menuju pantai dan cebar cebur lalu naik banana boat)

Pukul 8 lebih kami cabut dari pantai karena mengejar kapal menyebrang pukul 10. Setelah mandi dan beres-beres, beli makan.  Menurutku,harga makanan di sana relatif sama dengan di Jakarta. Iyalah,kan masih satu propinsi. Tapi lebih mahal di banding di Depok hehe. Niatnya mau beli oleh-oleh krupuk dan kripik sukun tapi karena info dari yang dagang kripik,kapal akan berangkat 5 menit lagi, kami jd pecah konsentrasi,buru-buru dan cuman beli kripik sukun 10 bungkus. Sebagian besar habis dicemilin di kapal :P Oiya tiket pulang,kok lebih murah ya? Hanya 33.000 ,danu dan haifa free. Sampai di kapal ,ealah masih kosong. Artinya nunggu lama untuk berangkat. Tau gitu belanja oleh-oleh dulu.  Akhirnya..kami kembali ke Muara Angke. Sampai di muara Angke pukul 13.30. Karena haus buangeeet maka minum es teh manis dulu sambil makan otak-otak ,lanjut sholat. Di mobil,kita bercerita tentang serunya bermain di pantai.Sampai hari ini,Haifa masih bilang,”Adik mau naik kapal,ayah.”  Dan yang terjadi kemudian adalah..dia cebar cebur di kamar mandi.

Mewek pas pulang karena ingin naik banana boat lagi

Begini kalao nyebrang lewat kapal di muara angke, lesehan


Oleh-oleh


Dalam perjalanan pulang,Haifa tiduuur terus. Bangun ketika sudah sampai di muara Angke. Capek,ya?

Akhirnya sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya , Merdeka!

4 komentar:

  1. murah juga ya mbak sewa sepedanya seharian hanya 15ribu

    BalasHapus
  2. iya murah,bisa dibawa ke penginapan pula meskipun sewanya di tempat yang jauh

    BalasHapus
  3. wah asiikk nih, sharingnya manfaat banget. untung aja blm ke travel. enakan ngebolang gini

    BalasHapus
  4. Mantabs, thanks informasinya, Sukses yach bu.....

    BalasHapus