Senin, 01 April 2013

Wisata ke kota Tua 1 : Museum Sejarah Jakarta

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Saya belum selesai menuliskan tempat menarik di kawasan TMII namun, saya hendak beralih sejenak ke kawasan wisata lainnya di Jakarta yaitu kawasan Kota Tua. 


Kawasan Kota Tua atau Old Batavia memang seringkali menjengkelkan karena  kemacetannya yang tak terkira. Hal ini disebabkan kawasan Kota Tua sebagai sebuah sentral bisnis di Asia sejak abad ke-16.. Mangga Dua, Glodok, Asemka,Jembatan Lima dan daerah lain di sekitarnya merupakan pusat bisnis yang terhitung besar. Namun, menurut saya, terlepas dari kebisingan dan kemacetannya,kawasan Kota Tua itu artistik dan sedikit misterius dengan bangunan-bangunan tua-nya. Tidak sedikit bangunan yang sudah sangat tua, cat putih memudar, genteng pecah, atap ambrol, dan lain sebagainya. Bagi sebagian orang memang tampak angker dan menyeramkan tapi bagi saya itu bernilai sekali. Bernilai sejarah karena memang di kawasan Kota Tua inilah Fatihillah dari Demak mengganti Sunda kelapa menjadi Jayakarta (didahului dengan penyerangannya terhadap kerjaan Hindu Pajajaran) . Kemudian, Jayakarta dihancurkan oleh penjajah Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen dan mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. 

Salah satu bangunan tua di kawasan Kota Tua

Gedung Tua di depan Museum.

Pada masa gubernur Ali Sadikin, Kota Tua dijadikan sebagai situs warisan meskipun tidak sedikit bangunan yang dihancurkan dengan alasan tertentu,seperti Benteng Batavia, Gerbang Masterdam, dan Trem Batavia. Namun,tidak perlu khawatir, kita masih bisa menikmati bangunan bersejarah dan jejak sejarah . Salah satunya adalah Museum Sejarah Jakarta atau biasa disebut Museum Fatahillah. Simak,yuk hasil jalan-jalan saya di museum yang jakarta banget ini. 


Batu bundar seperti ini banyak terdapat di pinggir halaman museum



Gedung kantor Pos Indonesia,di depan Museum fatahillah
Museum Sejarah Jakarta (MSJ) terletak di Jalan Taman Fatahillah No.1 ,Jakarta Barat.Dahulu MSj bernama Oud Batavia yang dikelola oleh swasta yaitu Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Ikatan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan) yang didirikan pada tahun 1778. Lalu, ketika masa kemerdekaan ,Oud Batavia berubah menjadi Museum Djakarta lama dan dikelola oleh Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). Pada tahun 1968 Museum Djakarta lama diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan berganti nama menjadi Museum Sejarah Jakarta.
Letak MSJ sangat strategis karena dekat dengan Stasiun Kota atau Beos. Selain itu berbagai angkutan umum (bis,mikrolet , kopaja,hingga kereta api) dari dan ke berbagai jurusan melewati kawasan ini. Jadi, bila hendak ke museum  yang luasnya 13.588 m2 ini tidak terlalu sulit. Nama gedung MSJ ini  semula bernama Staadhuis. Dahulu, Staadhuis dibangun kali pertama oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoen Coen pada tahun 1620, lalu seiring meningkatnya kegiatan VOC dibangun gedung yang baru di tempat yang sama. Lalu terakhir dibangun kembali oleh Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn pada tahun 1707. Gedung Staadhuis pernah dibakar oleh  Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram,Yogyakarta ketika menyerang Belanda di Batavia. Dahulu, gedung Staadhuis juga berfungsi sebagai gedung pengadilan maka di bagian bawah gedung terdapat penjara.Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Diem pernah dipenjara di sini sebelum diasingkan oleh Belanda. Sangat bersejarah sekali,bukan?


Jejeran sepeda yang disewakan

Ketika memasuki halaman museum yang sangat luas, kita seolah di bawa ke masa penjajahan Belanda. Beberapa orang menyewakan sepeda lengkap dengan topi yang biasa dipakai para Tuan Tanah zaman belanda atau None Belanda. Harga sewa sepeda Rp20.000,00 untuk masa sekitar setengah jam. Di sisi-sisi halaman,banyak terdapat pedagang yang menjajakan jajanan khas Jakarta seperti kerak telur dan es selendang mayang dengan harga yang terjangkau untuk sebuah kawasan wisata. Di seberang museum adalah gedung kantor pos , cafe jakarta dan sebuah bangunan yang sudah sangat tua sekali. Lalu di beberapa titik ada beberapa orang yang berkostum None Belanda, pejuang, tentara belanda hingga vampire China. Kita dapat berfoto bersama mereka dengan berbagai gaya. Berikan uang saweran ke sebuah tempat yang telah disediakan bila kita berfoto bersama mereka. 

Kita dapat berfoto bersama dengan 'pejuang' ini

Rakyat yang hendak dihukum

Berfoto bersama

Untuk memasuki gedung,kita perlu membeli tiket. Harga tiket terhitung murah yaitu Rp5000,00 /orang dewasa dan Rp3000,00/anak-anak di atas 3 tahun. Lantai bawah gedung ini dibuat dari batu lalu lantai selanjutnya terbuat dari kayu. Koleksi di museum ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu koleksi pra sejarah, koleksi masa sejarah,dan koleksi ethnografi. Satu yang tidak boleh dilewatkan adalah melihat gaya bangunan dan pintu gedung museum ini. Gedung bergaya belanda selalu tinggi jadi membuat ruangan tidak panas. Pintu dan jendela yang terpasang juga sangat tinggi, selain itu daun pintunya juga sangat tebal. Kita simak saja,yuk foto-foton dengan keterangannya. Kalau membaca tulisan terus dijamin akan bosan :D


Koleksi Masa pra Sejarah


Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Ciauteruem

Salah satu koleksi ethnografi

salah satu koleksi meubel. Di museum ini terdapat koleksi meuble dari abad 17-19


Lemari ini sangat tinggi dan besar. Masih tampak kokoh walaupun sudah berumur beberapa abac

 Sejarah Portugis masuk ke Indonesia.



























Di belakang gedung, terdapat penjara bawah tanah. Seperti telah disebut di atas, Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien pernah dipenjara di sini sebelum diasingkan.Penjara bawah tanah tersebut tidak terlalu tinggi, hanya 1,5 meter lebih sedikit. Ada beberapa batu untuk pemberat kaki. Sumpek dan pengap serta gelap. Semoga pejuang pejuang kita yang pernah merasakan pengapnya penjara ini sudah mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya,aamiin.




 Di halaman belakang ini kita juga bisa melihat Meriam Si Jagur. sayangnya ,pengunjung betah berlama-lama di meriam ini sehingga susah untuk memotretnya. Si Jagur ini sangat melegenda. Dibuat oada abad ke-16 oleh orang portugis yaitu NT Bocarro. Meriam inilah yang digunakan Portugis untuk melawan VOC di  Malaka. Nha karena Portugis kalah maka Si Jagur ini di bawa ke Batavia.
Menurut beberapa sumber, meriam ini merupakan leburan dari 16 meriam kecil maka berat meriam ini 3,5 ton padahal panjangnya hanya 3,81 m. Dulu,meriam ini sempat dijadikan benda mistis namun sekarang tidak lagi.


Lalu ada patung Hermes,yang menurut mitologi Yunani berarti dewa perdagangan dan  pembawa keberuntungan . Usia patung Hermes ini juga sudah berabad-abad. Ini adalah patung pemberian dari seorang warga Jerman yang menjadi warga Belanda. Dahulu patung ini ada di jebatan harmoni lalu dipindahkan ke belakang halaman MSJ.











Sumur yang dalamnya hingga 20m

Di halaman belakang sebelah kanan, terdapat replika sumur batavia. Konon, sumur ini tempat membuang mayat-mayat tahanan yang dipenjara di penjara bawah tanah tadi. Ya ,Belanda memang kejam. Konon lagi, halaman depan museum itu dulu juga difungsikan untuk menggantung terpidana.

Usai mengitari museum kita bisa bersantai sejenak sambil menikmati jajanan betawi jadul dan beberapa jajanan lainnya.
Rujak Bebeg

Es Selendang mayang

Pikulan es selendang mayang










Kerak telur



Setelah melihat semuanya,terutama penjara bawah tanah yang pengap dan sempit itu, saya wajib bersyukur tak terkira. Hidup di zaman yang jauh lebih enak,setidaknya tidak lagi dijajah sama Belanda atau negara lainnya. Mengunjungi museum memberikan banyak pelajaran dan hikmah bagi kita. Akhirnya, sampai jumpa lagi di tulisan saya berikutnya, merdeka!

2 komentar:

  1. Menarik ya, saya saja senang kalau ke kota tua. Banyak yang bisa dipelajari di sana. Btw,lemari besar itu konon untuk menyimpan peraturan dan putusan pengadilan, karena ruangan di lemari itu adalah ruangan pengadilan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah,sama. saya juga senang kalau ke kota tua. Bangunan-bangunan tua-nya itu mempunyai daya tarik tersendiri. Kalo museum ini yang unik adalah bagunannya. Jajanan di sana juga murah,kayak di warung di daerah perkampungan aja. hanya pecel aja yang harganya bikin kaget :P dan rasanya bikin kaget juga krn bukan cita rasa pecel. saya sebagai penyuka masakan Indonesia yang ndeso jadi gimanaaa gitu makan pecel di sana
      eh napa jdi ngomongin pecel yak hehe
      thanks ya sudah mampir.

      Hapus