Dream Comes True
Mimpi sederhanaku ketika duduk di bangku SMP adalah aku menulis sesuatu lalu mengirimkannya ke sebuah majalah. Lalu atas dimuatnya tulisanku tersebut, aku akan mendapatkan uang. Aku terlahir di keluarga yang miskin yang tentu tidak seperti kawan-kawanku yang selalu mendapat
uang
saku. Tapi aku tidak menyerah atas kemiskinan keluargaku itu. Aku yakin
bisa menjadi seperti yang lain, bahkan lebih. Meskipun banyak sekali
aral melintang, seperti ketiadaan alat dan fasilitas. Suatu hari aku
membaca sebuah majalah milik tetanggaku. Majalah tersebut akan memberi
honor kepada pembaca yang mengirimkan tulisan dan dimuat. Aku pun ingin
mencoba tapi dengan apa aku menuliskannya? Aku tidak mempunyai mesin
ketik apalagi komputer. Boro-boro mesin ketik, hanya radio transistor
saja yang dimiliki keluargaku. Tidak patah arang, aku menulisnya dengan
tangan. Tulisan itu tidak pernah dimuat sama sekali. Mungkin redakturnya
menertawakan aku hingga sakit perut karena melihat tulisanku. Anak
iseng, mungkin begitulah kesimpulan redaktur.
Aku tetap menulis. Ideku membuncah seiring bacaanku yang kian variatif sebab hampir tiap hari aku berkunjung ke perpustakaan daerah. Dua buah tulisan aku kirimkan ke sebuah majalah anak SD. Selang beberapa hari , aku mendapat sebuah kartu pos. Dalam kartu pos tersebut tertulis pesan bahwa aku harus melengkapi tulisanku dengan gambar. Gambar?aku tidak mahir menggambar. Namun,Tuhan selalu memberiku jalan. Aku ambil sebuah gambar , lalu gambar tersebut aku tindih sebuah kertas kosong. Dan mulailah aku menjiplak gambar tersebut lalu kurapikan,lumayan. Kukirim lagi bersama tulisanku. Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan wesel atas dimuatnya tulisanku itu. Andaikan ini sebuah adegan film musikal,tentu adegan selanjutnya aku menari sambil melambai-lambaikan wesel itu. Senang bukan main saat itu. Mimpi sederhanaku terwujud.
Aku kian rajin menulis walaupun masih dengan keterbatasan alat dan fasilitas. Lebih banyak yang ditolak daripada diterima namun aku tidak berhenti. Akhirnya aku bisa mendapatkan honor menulis secara rutin setiap dua minggu sekali atas kegigihanku untuk terus menulis. Dengan honor itu aku bisa membeli mesin ketik secara kredit. Saat itu memang era reformasi dimana komputer bukan barang yang langka tapi meskipun begitu ,hanya mesin ketiklah yang mampu kubeli. Mimpiku naik tingkat. Tidak hanya tulisanku yang harus dimuat di media tapi aku harus bisa menulis buku. Dahulu,membayangkannya saja aku tidak sanggup. Apa tidak berlebihan mimpiku ini? Ternyata tidak.
Mungkin sudah saatnya Tuhan mengabulkan mimpi hambaNya ini. Ya, pada akhirnya aku bisa menulis buku. Ya ampun, tidak terbendung air mataku atas pencapaian ini. Apa yang aku impikan,pelan tapi pasti terwujud . Dengan semangat yang terus kupaksa agar tetap menyala, kini aku sudah menulis lebih dari 10 buah buku solo selain bentuk tulisan lain. Sekarang,tenangkan diri dengan joytea, tulislah apa mimpi-mimpi kita lalu mari bergerak untuk menggapainya. Agus Purnomo Widiatata Mutiara Nora Elpianti Joy Tea Sosro
Aku tetap menulis. Ideku membuncah seiring bacaanku yang kian variatif sebab hampir tiap hari aku berkunjung ke perpustakaan daerah. Dua buah tulisan aku kirimkan ke sebuah majalah anak SD. Selang beberapa hari , aku mendapat sebuah kartu pos. Dalam kartu pos tersebut tertulis pesan bahwa aku harus melengkapi tulisanku dengan gambar. Gambar?aku tidak mahir menggambar. Namun,Tuhan selalu memberiku jalan. Aku ambil sebuah gambar , lalu gambar tersebut aku tindih sebuah kertas kosong. Dan mulailah aku menjiplak gambar tersebut lalu kurapikan,lumayan. Kukirim lagi bersama tulisanku. Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan wesel atas dimuatnya tulisanku itu. Andaikan ini sebuah adegan film musikal,tentu adegan selanjutnya aku menari sambil melambai-lambaikan wesel itu. Senang bukan main saat itu. Mimpi sederhanaku terwujud.
Aku kian rajin menulis walaupun masih dengan keterbatasan alat dan fasilitas. Lebih banyak yang ditolak daripada diterima namun aku tidak berhenti. Akhirnya aku bisa mendapatkan honor menulis secara rutin setiap dua minggu sekali atas kegigihanku untuk terus menulis. Dengan honor itu aku bisa membeli mesin ketik secara kredit. Saat itu memang era reformasi dimana komputer bukan barang yang langka tapi meskipun begitu ,hanya mesin ketiklah yang mampu kubeli. Mimpiku naik tingkat. Tidak hanya tulisanku yang harus dimuat di media tapi aku harus bisa menulis buku. Dahulu,membayangkannya saja aku tidak sanggup. Apa tidak berlebihan mimpiku ini? Ternyata tidak.
Mungkin sudah saatnya Tuhan mengabulkan mimpi hambaNya ini. Ya, pada akhirnya aku bisa menulis buku. Ya ampun, tidak terbendung air mataku atas pencapaian ini. Apa yang aku impikan,pelan tapi pasti terwujud . Dengan semangat yang terus kupaksa agar tetap menyala, kini aku sudah menulis lebih dari 10 buah buku solo selain bentuk tulisan lain. Sekarang,tenangkan diri dengan joytea, tulislah apa mimpi-mimpi kita lalu mari bergerak untuk menggapainya. Agus Purnomo Widiatata Mutiara Nora Elpianti Joy Tea Sosro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar