Lahan Bermain Untuk Anak-Anak Indonesia yang Mandiri
Sekumpulan anak-anak bermain sepakbola di gang-gang sempit atau di tengah jalan di kawasan padat penduduk
di kota besar seperti Jakarta adalah hal yang biasa. Seringkali mereka mendapat
caci maki beberapa orang dewasa yang merasa terganggu dengan teriakan mereka
ketika memainkan si kulit bundar. Mereka
lari terbirit-birit namun ketika kondisi sudah ‘aman’ kembali mereka akan
bermain lagi. Hal ini berulang-ulang dan hampir setiap hari. Mungkin anak-anak
tersebut memang bersalah karena bermain sepakbola tidak pada tempatnya. Namun,
mereka hanyalah anak-anak yang sedang menikmati masanya untuk bermain-main. Mereka hanya ingin bahagia melalu bermain .
Saya rasa kita tidak boleh menganggap sepele mengenai bermain bagi anak-anak.
Bermain adalah adalah kebutuhan bagi anak-anak. Dengan bermain,anak belajar
bersosialisasi , mandiri, mengendalikan emosi, mengenal banyak orang, menyimbangkan otak
kanan dan kiri, dan beradaptasi dengan lingkungan melalui bermain. Bisa
diibaratkan bermain merupakan gizi bagi perkembangan fisik dan psikis
banak-anak. Jadi sudah dapat ditebak mengenai apa yang akan terjadi jika mereka
tidak bermain. Tentunya fisik dan psikis
mereka tidak berkembang secara normal karena kekurangan gizi.
Dahulu, ketika masih menjadi seorang guru,saya seringkali
mengajak anak didik saya bermain sepakbolak di sebuah lahan kosong yang
luas.Tampak keceriaan dan kebahagiaan tampak pada mereka ketika sedang bermain.
Namun sayang sekali kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama karena tiba-tiba
saja berdiri pagar-pagar yang mengitari lahan luas tersebut. Tidak lama
kemudian,berdiri sebuah apartemen mewah. Anak-anak pun kehilangan tempat
bermain sepakbola dan yang mereka lakukan selanjutnya adalah memanfaatkan gang
sempit dan jalanan dekat rumah mereka untuk bermain. Konsekuensi yang harus
mereka tanggung adalah mereka dimarahi, dicaci, dan bahkan tertabrak motor atau
mobil .
Maka menjadi keharusan bagi pemerintah untuk menyediakan
tempat bermain yang memadai bagi anak-anak. Tempat ini harus terjangkau bagi
semua kalangan dan dalam jumlah yang memadai. Memang ada taman bermain tapi
jumlahnya sangat sedikit dan hanya di kawasan tertentu sehingga hanya bisa
diakses oleh orang-orang tertentu. Sebuah lahan bermain yang luas di setiap
lingkungan RT bisa dijadikan alternatif dalam menyediakan sarana tempat bermain
bagi generasi penerus bangsa ini. Lahan bermain ini dilengkapi dengan fasilitas
umum dan fasilitas khusus yang terjaga kebersihannya,misalnya toilet dan
musholla. Tidak lupa disediakan tempat sampah dengan jumlah yang memadai.
Masyarakat dan bahkan anak-anak sendiri dihimbau untuk bersama-sama menjaga
lahan bermain tersebut karena ini untuk kepentingan mereka. Misalnya anak-anak
dihimbau untuk membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan toilet,dan
lain sebagainya. Di sini anak-anak dapat diajarkan menjaga kebersihan,bijak
terhadap lingkungan dan sikap peduli. Pengelolaan lahan bermain dikoordinir oleh
ketua RT setempat. Koordinator dapat membuat aturan tertulis mengenai pemakaian
lahan. Sanksi mendidik dapat diberlakukan untuk anak-anak yang melanggar aturan
namun setelah upaya pendekatan secara persuasif tidak berhasil.
Saya yakin pemerintah sangat bisa mengusahakan hal ini. Lebih
baik menciptakan lahan bermain untuk anak-anak daripada membangun mall karena kota besar seperti
Jakarta sudah kebanyakan mall menurut
saya. Semoga pemerintah kita bisa bijak dalam membuat kebijakan mengenai
bagaimana membangun karakter,mental dan fisik generasi anak-anak sebagai
generasi penerus bangsa yang mandiri. Dan semoga kita bisa sukarela bahu membahu dengan
pemerintah untuk mewujudkan hal ini.
"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar